KASUS ESTONIA DAN GEORGIA

Penyerangan hacker dari Rusia ke Estonia (2007) yang membuat lumpuh perekonomian negara tersebut benar-benar menjadi sejarah buruk cyber dunia, selain serangan DDoS di sejumlah negara di dunia. Estonia menghadapi gelombang serangan cyber yang melanda segenap infrastruktur internet negara itu, mulai dari situs-situs pemerintahan, perbankan, hingga situs-situs surat kabar lokalnya. Serangan ini terjadi bersamaan dengan perseteruan antara Estonia dan Rusia terkait dengan rencana pemindahan makam Tallinn oleh pemerintahan Estonia. Para analis media menyebut konflik ini sebagai perang cyber pertama. Namun, pihak Rusia sendiri membantah bahwa serangan-serangan terhadap Estonia dilancarkan oleh pemerintah Rusia. Menurut Bill Woodcock dari Packet Clearing House AS, dalam kasus Estonia, dua internet exchange dan saluran serat optik yang keluar negara tersebut dimatikan. Di Georgia, tidak ada internet exchange, sementara enam dari tujuh serat optic di negara tersebut melewati Rusia, negara yang menyerang mereka. Ini bedanya dengan kasus di Estonia, ungkapnya, dalam forum Workshop IGF.

Georgia (2008) Pada 2008 Rusia dan Georgia terlibat konflik di Ossetia Selatan. Serangan cyber melumpuhkan beberapa situs pemerintah Georgia dan situs-situs media lokal, setelah Georgia menyerang Ossetia Selatan. Ini merupakan serangan yang mirip dengan serangan ke Estonia pada 2007. Serangan terhadap Georgia juga dilakukan menggunakan metoda Distributed Denial of Service. Siapapun dalang serangan ini sepertinya telah mengembangkan botnet, di mana masyarakat bisa mengunduhnya untuk membantu serangan terhadap situs-situs Georgia.Serangan di Georgia berhasil dengan sangat sukses, karena negara offline selama beberapa bulan. Sayangnya, tambah Bill, pemerintah Rusia enggan mengungkapkan identitas hacker yang belakangan menyebut dirinya sebagai NASHI. Bill mengungkapkan pihaknya meghabiskan USD 8 juta untuk melindungi root server di Estonia dan segera mengatasi serangan tersebut. Seperti diketahui, dalam serangan hacker ke Estonia, seluruh jaringan baik perbankan, telekomunikasi, dan jaringan vital lainnya lumpuh total. Akibatnya, aktivitas masyarakat dan negara juga lumpuh total. Di Georgia, tidak ada internet exchange, sementara enam dari tujuh serat optic di negara tersebut melewati Rusia, negara yang menyerang mereka. Ini bedanya dengan kasus di Estonia, ungkapnya, dalam forum Workshop IGF.

Pasal yang terkait :

1. pasal 28 ayat (1)
2. pasal 27 ayat (3)
3. pasal 30 ayat (1)
4. pasal 30 ayat (2)
5. pasal 30 ayat (3)
6. pasal 30 ayat (4)
7. pasal 33 ayat (2)
8. pasal 34










Jumat, 15 November 2013

KASUS ESTONIA DAN GEORGIA

Penyerangan hacker dari Rusia ke Estonia (2007) yang membuat lumpuh perekonomian negara tersebut benar-benar menjadi sejarah buruk cyber dunia, selain serangan DDoS di sejumlah negara di dunia. Estonia menghadapi gelombang serangan cyber yang melanda segenap infrastruktur internet negara itu, mulai dari situs-situs pemerintahan, perbankan, hingga situs-situs surat kabar lokalnya. Serangan ini terjadi bersamaan dengan perseteruan antara Estonia dan Rusia terkait dengan rencana pemindahan makam Tallinn oleh pemerintahan Estonia. Para analis media menyebut konflik ini sebagai perang cyber pertama. Namun, pihak Rusia sendiri membantah bahwa serangan-serangan terhadap Estonia dilancarkan oleh pemerintah Rusia. Menurut Bill Woodcock dari Packet Clearing House AS, dalam kasus Estonia, dua internet exchange dan saluran serat optik yang keluar negara tersebut dimatikan. Di Georgia, tidak ada internet exchange, sementara enam dari tujuh serat optic di negara tersebut melewati Rusia, negara yang menyerang mereka. Ini bedanya dengan kasus di Estonia, ungkapnya, dalam forum Workshop IGF.

Georgia (2008) Pada 2008 Rusia dan Georgia terlibat konflik di Ossetia Selatan. Serangan cyber melumpuhkan beberapa situs pemerintah Georgia dan situs-situs media lokal, setelah Georgia menyerang Ossetia Selatan. Ini merupakan serangan yang mirip dengan serangan ke Estonia pada 2007. Serangan terhadap Georgia juga dilakukan menggunakan metoda Distributed Denial of Service. Siapapun dalang serangan ini sepertinya telah mengembangkan botnet, di mana masyarakat bisa mengunduhnya untuk membantu serangan terhadap situs-situs Georgia.Serangan di Georgia berhasil dengan sangat sukses, karena negara offline selama beberapa bulan. Sayangnya, tambah Bill, pemerintah Rusia enggan mengungkapkan identitas hacker yang belakangan menyebut dirinya sebagai NASHI. Bill mengungkapkan pihaknya meghabiskan USD 8 juta untuk melindungi root server di Estonia dan segera mengatasi serangan tersebut. Seperti diketahui, dalam serangan hacker ke Estonia, seluruh jaringan baik perbankan, telekomunikasi, dan jaringan vital lainnya lumpuh total. Akibatnya, aktivitas masyarakat dan negara juga lumpuh total. Di Georgia, tidak ada internet exchange, sementara enam dari tujuh serat optic di negara tersebut melewati Rusia, negara yang menyerang mereka. Ini bedanya dengan kasus di Estonia, ungkapnya, dalam forum Workshop IGF.

Pasal yang terkait :

1. pasal 28 ayat (1)
2. pasal 27 ayat (3)
3. pasal 30 ayat (1)
4. pasal 30 ayat (2)
5. pasal 30 ayat (3)
6. pasal 30 ayat (4)
7. pasal 33 ayat (2)
8. pasal 34










1 komentar:

  1. yuk main sabung ayam
    yuk main agen sabung ayam
    yuk main judi sabung ayam online
    yuk main bolavita
    yuk main asianbookie

    BANDAR Taruhan Online Terpercaya BOLAVITA

    1. agenpialadunia2018-blog.logdown.com

    BalasHapus